A. Landasan Teori
Dalam pengertian teknik secara
umum, Tanah didefinisikan sebagai
material yang terdiri dari agregat
(Butiran) mineral-mineral padat yang
tidak tersementasi (terikat secara
kimia) satu sama lain dan dari bahanbahan organik yang telak melapuk
(yang berpaltikel padat) disertai dengan
zat cair dan gas yang mengisi ruangruang kosong diantar partikel-partikel
padat tersebut (Das, 1995). Tanah
berguna sebagai bahan sebagai bahan
bangunan pada bebagai macam
pekerjaan Teknik Sipil, Disamping itu
Tanah berfungsi sebagai pendukung
pondasi dari bangunan. Jadi seorang
ahli Teknik Sipil harus mempelajari
Sifat-sifat Tanah, Seperti asal-usulnya,
penyebaran ukuran butiran,
kemampuan mengalirkan air, sifat
pemanfaatan bila dibebani
(Compressibility), kekuatan geser,
Kapasitas daya dulung terhadap
beban, dan lain-lain. Dalam pandangan
Teknik sipil, Tanah adalah Himpunan
Mineral, Bahan organik, dan Endapan-endapan yang relatif lepas (Loose),
yang terletak diatas batuan dasar
(Bedrock) (Hardiyatmo, 2002).
Proses terjadinya tanah, Pada
mulanya Bumi berupa magma cair yang sangat panas. karena Pendinginan,
Permukaannya membeku maka terjadi
Batuan beku. Karena proses Fisika
(Panas, Dingin, Membeku, dan
Mencair) Batuan tersebut hancur
menjadi butiran-butiran tanah (Sifat-sifatnya tetap seperti batu aslinya:
Pasir, Kerikil, dan Lanau). Oleh proses
Kimia (Hidrasi, Oksidasi) Batuan
menjadi lapuk sehingga menjadi tanah
dengan sifat berubah dari batu aslinya
(Santoso, 1996).
|
Gambar 1. Kurva Hubungan Kadar Air dengan Berat Volume Kering (Sumber : Bowles, 1991) |
Transported Soil adalah Tanah
yang lokasinya pindah dari tempat
terjadinya yang disebabkan oleh aliran
air, angin, dan es. Sedangkan Residual
Soil adalah Tanah yang tidak pindah
dari tempat terjadinya proses alam,
atau tanah yang letaknya masih berada
di atas batuan induknya. Batu menjadi
tanah karena pelapukan dan
penghancuran. dan Tanah bisa
menjadi batu karena proses
Pemadatan, Sementasi. Batu menjadi
Batu jenis lain karena Panas, Tekanan,
dan Larutan.
Yaitu usaha secara mekanik agar
butir- butir tanah merapat. Volume
tanah akan berkurang. Volume pori berkurang namun volume butir tidak
berubah. Hal ini bisa dilakukan dengan
cara menggilas atau menumbuk
(Santoso, 1996). Manfaat dari
pemadatan tanah adalah memperbaiki
beberapa sifat teknik tanah
diantaranya:
- Memperbaiki kuat geser tanah yaitu
menaikkan nilai ∅ dan C
(memperkuat tanah).
- Mengurangi kompresibilitas yaitu
mengurangi penurunan oleh beban.
- Mengurangi permeabilitas yaitu
mengurangi nilai k .
- Mengurangi sifat kembang susut
tanah (lempung)
|
| Gambar 2. Alat Uji Standar Proctor: (a) Cetakan, (b) Penumbuk.
|
Acuan Normatif
- AASHTO T 99 – 01, Moisture-Density Relations of Soils Using a 2.5 kg (5.5 lb) Rammer and
a 305 mm (12 in) Drop.
- ASTM D 2168, Calibration of laboratory mechanical-rammer soil compactors
- BS 1377: Part 4: 1990, Compaction-related test
- SNI 03-1964-1990, Metode pengujian berat jenis tanah
- SNI 03-1965-1990, Metode pengujian kadar air tanah
- SNI 03-1966-1990, Metode pengujian batas plastis tanah
- SNI 03-1967-1990, Metode pengujian batas cair dengan alat casagrande
- SNI 03-1968-1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar
- SNI 03-1976-1990, Metode koreksi untuk pengujian pemadatan tanah yang mengandung
butir kasar
SNI 03-4804-1998, Metode pengujian bobot isi dan rongga udara dalam agregat
- SNI 03-6414-2002, Spesifikasi timbangan yang digunakan pada pengujian bahan
- SNI 07-6866-2002, Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian
B. Metode Pelaksanaan Uji Standar Proctor
Sampel tanah di bawa
untuk dilakukan beberapa test guna
mendapatkan sifat tanah, jenis tanah,
kadar air, dan lain-lain. Biasanya tanah
yang diambil merupakan tanah
timbunan yang biasanya terdapat di
daerah tersebut.
Alat tekan pemadat standard berfungsi
untuk memadatkan tanah, alat tekan
yang akan digunakan untuk pengujian
kepadatan di laboraturium adalah
Standard Proctor (ASTM D-698, 1998).
Proctor telah mengamati bahwa ada hubungan antara kadar air dan berat
volume kering tanah padat. Dimana
pada berbagai jenis tanah, terdapat
satu nilai kadar air optimum tertentu
untuk mencapai berat volume kering
maksimum. Pada uji Proctor, tanah
dipadatkan dalam sebuah cetakan
silinder bervolume 1/30 ft3 (=943,3
cm3). Diameter cetakan tersebut 4 in.
(=101,6 mm). selama percobaan di
laboraturium, cetakan itum dikelem
pada sebuah pelat dasar dan diatasnya
diberi perpanjangan (juga berbentuk
silinder) seperti terlihat di gambar 3 (Standard Proctor Test) Tanah
dicampur air dengan kadar yang
berbeda-beda dan kemudian
dipadatkan dengan menggunakan
penumbuk khusus.
Pemadatan Tanah tersebut dilakukan
dalam 3 (tiga) lapisan (dengan tebal
tiap lapisan kira- kira 1,0 in.) dan jumlah
tumbukan adalah 25 kali setiap lapisan.
Berat penumbuk adalah 5,5 lb (massa
= 2,5 kg) dan tinggi jatuh sebesar 12 in.
(=304,8 mm) (Standard Proctor Test,
ASTMD-698).
| Gambar 3. Standard Proctor Test |
| Gambar 4. Peralatan Lengkap Standard Proctor Test |
Pemadatan tanah di laboratorium dimaksudkan untuk menentukan kadar air optimum dan
kepadatan kering maksimum. Kadar air dan kepadatan maksimum ini dapat digunakan untuk
menentukan syarat yang harus dicapai pada pekerjaan pemadatan tanah di lapangan.
Peralatan yang digunakan adalah cetakan, alat penumbuk, alat pengeluar benda uji,
timbangan, oven pengering, pisau perata, saringan, alat pencampur, dan cawan.
Cara uji untuk menentukan kadar air optimum dan kepadatan kering maksimum yang
digunakan adalah uji kepadatan ringan (standard). Cara tersebut dibagi menjadi 4 cara, yaitu
cara A, cara B, cara C dan cara D (lihat Tabel 1).
Cara tersebut dibagi berdasarkan sifat tanah dan harus dinyatakan dalam spesifikasi bahan
tanah yang akan diuji, jika tidak gunakan ketentuan A. - Cara A dan cara B digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan No.4
sebesar 40% atau kurang.
- Cara C dan cara D digunakan untuk campuran tanah yang tertahan saringan 19,00 mm
sebesar 30% atau kurang.
- Bahan yang tertahan
saringan-saringan tersebut harus dinyatakan sebagai butiran kasar. Jika contoh tanah yang diuji mengandung butiran kasar sebesar 5% atau lebih dan hasil
uji kepadatannya digunakan untuk pengontrolan kepadatan hasil pekerjaan pemadatan di
lapangan, koreksi harus dibuat berdasarkan SNI 03-1976-1990, untuk membandingkan
kepadatan lapangan dengan kepadatan contoh yang dipadatkan di laboratorium.
| Tabel 1. Cara Uji Kepadatan Tanah Ringan |
Contoh Uji - Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan basah atau lembab,
contoh tanah tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu sehingga menjadi gembur.
Pengeringan dapat dilakukan di udara atau dengan alat pengering lain dengan
temperatur tidak lebih dari 60°C. Kemudian gumpalan-gumpalan tanah tersebut ditumbuk
sedemikian rupa untuk menghindari pengurangan ukuran butiran aslinya atau pecah. (CATATAN: Tanah vulkanik tidak boleh dikeringkan dengan menggunakan alat pengering)
- Saring sejumlah tanah gembur yang mewakili dengan saringan No.4 (4,75 mm)
untuk cara A dan cara B, dan dengan saringan 19,00 mm (3/4”) untuk cara C dan
cara D.
- Contoh tanah yang telah disaring dipersiapkan dengan jumlah yang sesuai dengan cara
ujinya;
- untuk butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh
tanah yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air, siapkan 1 contoh
tanah paling sedikit 3 kg untuk cara A, 7 kg untuk cara B, 5 kg untuk cara C dan 11
kg untuk cara D;
- untuk butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah
yang tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air, siapkan paling
sedikit 5 contoh tanah masing-masing 2,5 kg untuk cara A, 5 kg untuk cara B, 3 kg
untuk cara C dan 6 kg untuk cara D.
- Masing-masing contoh tanah ditambahkan air dan diaduk sampai merata;
- Untuk butiran contoh tanah yang tidak mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh
tanah yang mudah (membutuhkan waktu yang cepat) menyerap air, penambahan air
dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, penambahan air diatur sedemikian
rupa sehingga kadar airnya 2% sampai dengan 6% di bawah kadar air optimum.
Penambahan air tahap berikutnya dilakukan setelah pemadatan dan pemecahan
kembali benda uji. Perbedaan kadar air pada masing-masing tahap sekitar 1%
sampai dengan 3%.
- Untuk butiran contoh tanah yang mudah pecah apabila dipadatkan dan contoh tanah
yang tidak mudah (membutuhkan waktu yang lama) menyerap air, penambahan air
diatur sedemikian rupa sehingga 1 contoh mempunyai kadar air mendekati kadar air
optimum (lihat catatan 4), 2 contoh di bawah optimum dan 2 contoh lainnya di atas
optimum. Perbedaan kadar air masing-masing sekitar 1% sampai dengan 3%. (CATATAN : Untuk tanah berbutir halus (bersifat plastis), kadar air optimum diperkirakan berada
di sekitar kadar air batas plastis (PL). Secara visual dilakukan dengan menggiling sejumlah contoh
tanah di antara kedua telapak tangan sampai mencapai diameter 3 mm. Jika pada saat mencapai
diameter 3 mm belum menunjukkan adanya retakan (patah), tambahkan sejumlah air kedalam
contoh tanah, kemudian diaduk sampai merata. Giling kembali contoh tanah tersebut dengan
kedua telapak tangan sampai menunjukkan adanya retakan (patah) pada diameter 3 mm).
- Masing-masing contoh uji dimasukkan ke dalam kantong plastik atau wadah lainnya dan
ditutup rapat, kemudian didiamkan selama: 3 jam (kerikil dan pasir kelanauan/
kelempungan); 12 jam (lanau) dan 24 jam (lempung) sedangkan untuk contoh uji berupa
kerikil dan pasir tidak perlu didiamkan.
C. Analisis Hasil Pengujian |
|
Untuk pembahasan
meliputi hasil pengujian kadar air, berat
jenis, pengujian atterberg, analisis
saringan dan hasil analisis pengujian
mekanik yang berupa pengujian
pemadatan tanah menggunakan
metode proctor. Pengujian-pengujian
tersebut dilakukan di Laboratorium Tanah Surabaya.
Pengujian ini bertujuam untuk
mengetahui hubungan kadar air
dengan berat volume tanah yang akan
di uji, kegunaannya untuk menentukan
kadar air optimum (Optimum Moisture
Content) dan kepadatan maksimum
dari sampel tanah lempung yang di uji.
Pengujian laboratorium dilakukan
dengan cara penambahan air pada
tanah asli dengan beberapa interval
sehingga didapatkan kadar air optimum
dan volume kering maksimum. Jika
penambahan air pada interval tertentu
membuat sampel mengalami
penurunan, itu disebabkan oleh rongga
pori yang sebelumnya terisi butiran-butiran tanah padat diisi oleh air.
Menentukan hubungan kadar air
dan berat volume untuk mengevaluasi
tanah agar persyaratan kepadatan,
terdapat satu nilai kadar air optimum
tertentu untuk mencapai berat volume
kering maksimumnya (ASTM D-698,
1998).
Perhitungan
1. Hitung kepadatan basah dengan rumus sebagai berikut:
2. Hitung kadar air benda uji dengan rumus sebagai berikut:
3. Hitung kepadatan (berat isi) kering dengan rumus sebagai berikut:
4. Hitung kepadatan (berat isi) kering untuk derajat kejenuhan 100% dengan rumus sebagai
berikut:
Penggambaran grafik
- Gambarkan titik-titik hubungan antara kepadatan kering (sumbu X) dan kadar air
(sumbu Y) dari hasil uji pada sebuah grafik, kemudian gambarkan sebuah kurva yang
halus yang menghubungkan titik-titik tersebut. Dari kurva yang telah digambarkan,
tentukan kepadatan kering maksimum pada puncak kurva dan kadar air optimum.
- Gambarkan grafik hubungan antara kepadatan kering dan kadar air pada derajat
kejenuhan 100% (garis jenuh). Grafik pemadatan tidak boleh memotong garis jenuh dan
pada harga kadar air yang tinggi grafik pemadatan menjadi sejajar dengan garis jenuh
tersebut.
Pelaporan
- Cara yang digunakan (cara A, cara B, cara C atau cara D).
Apabila cara C atau cara D yang digunakan, laporkan apakah bahan tertahan saringan
19,0 mm dibuang atau diganti.
- Kadar air optimum dinyatakan dalam persen bilangan bulat.
- Kepadatan kering maksimum, dibulatkan sampai 2 angka desimal.
- Bentuk penampang alat penumbuk mekanis.
|
Gambar 5. Contoh Laporan Uji Standar Proctor di Laboratorium Tanah Surabaya |
Komentar
Posting Komentar